Perjalanan Panjang, di terima Kerja di PT. IMIP #Batal Wisudah

 Kenalin nama saya Ira rahmatia. Saya lulusan teknik kimia, Politeknik Negeri Ujung Pandang. Alhamdulillah Allah memberikan saya pekerjaan walau saya belum selesai wisuda saat itu. Awal mulanya ada perusahaan swasta yang membuka perekrutan di Makassar pada September 2018, dan karena di ajak oleh salah satu teman saya, saya memberanikan diri untuk ikut walau sebatas coba-coba. Tidak ada harapan lebih selain agar ketika berkas lolos saya bisa di hubungi untuk mengikuti test wawancara.

 Yah, seringkali harapan tak sesuai ekspektasi. Ternyata, yang lolos hanyalah yang lulusan strata satu (S1). Hasilnya tak bisa di pungkiri karena memang berkas yang saya masukkan hanyalah berupa CV dan formulir dari perusahaan  masing-masing satu lembar. Akhirnya saya benar-benar merasa bahwa saya takkan mungkin lolos lagi dan tak ada harapan.

  Akhirnya selang 3 minggu saya mendapatkan telepon dari salah satu HRD PT. IMIP untuk mengikuti wawancara dua hari kedepan. Saat itu panggilan untuk wawancara menurut saya  sangat dadakan, sebab saya harus memenuhi salah satu persyaratannya yakni  membuat SKCK di Makassar. Saya pun belum mengikuti wisudah yang di laksanakan dua minggu kedepan. Dalam waktu satu hari, Alhamdulilah Allah menolong saya menyelesaikan segala urusan saya. Yah, seperti janji Allah SWT bahwa siapa yang melaksanakan shalat Dhuha empat Rakaat, Ia akan melancarkan urusan hambanya. Dan itu terbukti. Tepat pukul 14.00 urusan saya telah seleseai, saya telah menerima SKCK asli beserta kopiannya. Pukul 16.00 saya harus sudah berangkat ke Morowali menggunakan Bus.

 Perlu teman-teman ketahui bahwa saya adalah orang yang selalu mengompori teman kelas saya saat itu, jangan sekali-sekali mau bekerja di Morowali karena di daerah itu menurut perkataan kakak bekerja di PT. IMIP, disana jaringan jelek, air susah, dan akses jalan yang buruk. Alhasil, celaan saya membuat saya ditakdirkan untuk bekerja di perusahaan tersebut.

 Ini baru saya sadari saat saya membaca sebuah hadist bahwa “seseorang tidak akan mati sampai dia merasakan atau melakukan hal yang pernah ia cela di dunia”.

 Untuk itu, jangan sampai teman-teman sering mencela sesuatu karena kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi kita di masa yang akan datang. Bayangkan saja dari beberapa teman kelas saya yang memasukan berkas saat itu, tak ada yang lolos, padahal jika dipikir saya tidak memiliki kenalan orang dalam, kok bisa lolos. Bahkan justru kakak saya yang bekerja di PT Imip sendiri kaget pada saat saya mendapatkan telepon dari HRD untuk proses wawancara.

 Akhirnya kami benar-benar telah sampai setelah perjalanan sehari semalam menggunakan Bus dan Kapal kecil (RAB). Keseokan hari nya, kami telah bersiap untuk mengikuti test wawancara, yang sedari awal telah di persiapkan dengan latihan. Latihan ini saya pelajari  secara otodidak melalui akun youtube bang Ogut, dan juga pernah diajarkan secara langsung oleh salah satu dosen saya di Politeknik Negeri Ujung Pandang. Sebenarnya pertanyaan yang ditanyakan itu sederhana dan jauh dari perkiraan kita. Semisal, nama, alamat,mengapa ingin bekerja disini, motivasi dan jurusan pada saat kuliah apa.

Namun, lain dari itu pula kita harus bersiap-siap atas pertanyaan yang tidak terduga dengan menyiapkan mimik wajah yang tidak takut, alias santuy.

Masyallah, setelah lolos sampai sekarang saya sudah bekerja selama 2 tahun dan karena saya merasa bahwa perjuangan saya untuk bekerja itu sangatlah mudah jadi saya seringkali ingin resign. Tepatnya sudah empat kali saya selalu ingin mengajukan namun seringkali batal. Baik itu karena saran dari orangtua maupun dari perusahaan.

  Syukur Alhamdulillah, sampai saat ini saya masih bertahan. Yah, masalah yang seringkali muncul sebelumnya adalah permasalahan-permasalahan tentang mengenakan pakaian yang saya rasa wajib menggunakannya sebagai muslimah. Namun karena aturan perusahaan itu juga ada dan peraturan dari sang Ilahi juga ada maka seringkali membuat saya gundah gulana.

  “Berhijab syar’i adalah kewajiban, sedang bekerja itu Mubah”

 Kata-kata itu selalu terbesit dalam relung hati, hingga pertolongan Allah  datang. Akhirnya, saya bisa bekerja menggunakan pakaian syar’i, yakni jilbab dan kerudung saat bekerja.

NB :
*Ekspektasi saya jauh dari kenyataan, Morowali sudah berkembang pesat. Insyaallah, jaringan, listrik dan jalan sudah memadahi.

*Perjuangan untuk bekerja di sebuah perusahaan beda-beda. Ada yang dimudahkan dan ada yang tidak, tergantung rezeki dan usaha yang kita lakukan.

Semoga Bermanfaat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Semua Karena Nasionalisme

We Need Khilafah