Semua Karena Nasionalisme

 Semua Karena Nasionalisme

Oleh : Ira Rahmatia


Menangislah kaum muslimin yang terjajah...

Merindu sosok Khalifah...

Fisik dan pikiran yang teraniaya...

Oleh anjing-anjing kaum kafir yang durjana...


Krisis, penyiksaan, pemerkosaan, pemenjaraan dan pembunuhan secara besar-besaran seolah tak pernah berhenti. Luka demi luka yang ditorehkan tak jua membuat dunia bersatu memberhentikan penganiayaan tersebut. Umat Islam dan ajarannya dimonsterisasi dan dianggap teroris oleh negaranya sendiri di berbagai negara muslim lainnya.

Pada Oktober 2021, LBH Pelita Umat melaksanakan agenda International Muslim Lawyer Conference (IMLC). Agenda ini dituturkan oleh Chandra Purna Irawan, S.H., M.H. selaku Ketua LBH Pelita Umat bertujuan untuk mencari solusi perlindungan hukum terhadap kaum Muslim dan ajaran-ajaran Islam dari potensi kriminalisasi, penjajahan dan pengusiran seperti yang terjadi di beberapa negara. (Al Waqiyah TV, 3/10/2021)


Semua karena Nasionalisme

Ide negara bangsa atau Nasionalisme yang sering kita dengar merupakan ide beracun yang diterapkan terhadap negara-negara Islam pasca perang dunia kedua. Setelah Daulah Khilafah memimpin dengan luas 2/3 dunia, akhirnya para penjajah berhasil mencaplok-caplok wilayah kesatuan kaum muslim. Hingga ide itu telah mengakar di dalam hati dan fikiran umat dan menggeser kepedulian mereka perlahan-lahan.

 Seperti pada konflik Palestina setelah runtuhnya Daulah, konflik tersebut dikaitkan hanya masalah Arab kemudian lama kelamaan  menganggapnya masalah tersebut hanyalah masalah internal Palestina. Negara lain tak boleh ikut campur.

Begitu pula yang terjadi pada etnis dan Muslim Uyghur, mereka menyiksa umat muslim dengan dalih bahwa mereka adalah teroris sehingga menjadi musuh negara.

Tak lain, ide tersebut telah berhasil meruntuhkan Daulah Khilafah yang berdiri selama 1.300 tahun lamanya dan cara tersebut ditanamkan untuk melemahkan kaum muslim. Mereka terpisah oleh pemahaman wathoniyah padahal sedari Rasulullah ada, beliau telah menghapuskan paham kesukuan yang menguasai Arab pada saat itu.

Pemahaman itu digencarkan sebagai cara yang mereka gunakan untuk menjajah negeri-negeri kaum muslim. Apapun organisasi dunia, tak berpengaruh dalam penyelesaian masalah ini jika bukan dilandasi oleh akidah Islam. Misalnya saja PBB yang tak berguna, karena penyumbang keanggotaan terbesar didanai oleh USA sedang pada masalah etnis Uyghur, Cina berkedudukan memiliki hak veto dalam keanggotaan PBB.


Penjajahan fisik dan pemikiran

Setelah berhasil menanamkan ide sesat nasionalisme, para kaum kafir menjajah kaum muslim dengan fisik dan pemikiran.

Penjajahan fisik dialami oleh Palestina, Etnis Moro (Filipina), Muslim Uyhrgur di China, muslim Rohingnya di Myanmar,  Muslim Suriah, Yaman, India dan beberapa lainnya.

Sedang pada negara lain yang tak dijajah secara fisik, mereka menghembuskan pemikiran-pemikiran barat yang rusak.

Ide sekuler Kapitalis, Demokrasi, liberalisme, feminisme dan isme-isme yang lain adalah ide asing bagi kaum muslim yang kini tersebar luas.

Ide tersebut dipropagandakan oleh media lokal dan internasional. Sehingga mudah menjangkiti kaum muslim. Alhasil, mereka berhasil merubah pola pikir umat dengan berkiblat pada masyarakat barat. 

Kaum muslim yang terjajah secara pemikiran ini membuat masyarakatnya acuh tak acuh pada orang lain karena terjerembab pada ide individualisme, merasa punya masalah masing-masing pada diri mereka sendiri sehingga tak kuasa menolong orang lain. 

Begitu pula, umat Islam saat ini disetting ketertinggalan tekhnologi industri dan merasa tak mampu mengelolah Sumber Daya Alamnya sendiri, mereka menjadikan barat sebagai pusat kemajuan teknologi sehingga dengan mudah menerima investasi-investasi asing yang ujung-ujungnya merugikan. Dan itulah tujuan para kaum kafir.

Kaum muslim pun ternabobokan dengan segala kesenangan hak hidup, hak berekspresi, hak berpendapat, hak berkepemilikan. Juga kaum muslim disibukkan dengan 4F yakni : fashion, food, fun dan film, sedang dibelahan bumi lainnya ada muslim yang tersiksa, bahkan melihat matahari pun mereka seolah tak punya hak.

Sedang negara Barat dan dunia internasional terus memburu dan mengeksploitasi Sumber Daya Alamnya melalui beragam cara dan Lembaga. Kaum muslim tak lain menjadi buruh-buruh dengan upah seadanya.

Urgent, Umat Islam Butuh Institusi Politik

Banyaknya pemimpin negara mayoritas muslim saat ini seperti tutup telinga terhadap penyiksaan yang dialami oleh warga Palestina, Suriah, Uyghur dan lainnya. Sekalipun mereka terketuk hatinya namun, karena aturan Nasionalisme yang mengikat negara lain tak mampu berbuat apa-apa.

Oleh karena itu,  Islam takkan sempurna menjaga hak-hak kaum muslim tanpa adanya  institusi politik. Dan Institusi ini hanya akan ada pada sistem yang benar yakni Khilafah Islamiyah. 

Setelah Daulah Khilafah runtuh dan terpecah-belah menjadi lebih 50 negara, maka tak lain untuk mengembalikannya membutuhkan wawasan politik dunia Islam yang utuh dan menyeluruh.

Sang Khalifah yang memimpin Daulah akan menjadi perisai umat muslim, ia akan berdiri di garda terdepan tanpa takut dengan nyawanya sendiri kala umat muslim di bawah naungannya dilecehkan dan diambil kehormatannya.

Begitupula pemeluk agama lain yang tunduk dibawah naungan Daulah maka Khalifah pun akan menjaga harkat dan martabat mereka.

Dari Abu Hurairah ra., Nabi saw. bersabda, “Sesungguhnya seorang imam itu laksana perisai. Dia akan dijadikan perisai, di mana orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng. Jika dia memerintahkan takwa kepada Allah, dan adil, maka dengannya, dia akan mendapatkan pahala. Tetapi, jika dia memerintahkan yang lain, maka dia juga akan mendapatkan dosa/azab karenanya.” (HR Bukhari dan Muslim)


Akhir kata, 

Tiada kemuliaan tanpa Islam

Tiada Islam tanpa Syariah,

dan Tiada Syariah kecuali dengan Khilafah


Morowali, Oktober 2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

We Need Khilafah

Komunitas Kajian yang ada di Morowali

Akidah Rapuh, Jalan Buruk Mengikut Arus